“Khoirunnas anfa uhum linnass”
Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain.
Masa remaja adalah fase dimana seseorang diharapkan menemukan jatidirinya sebagai manusia, menegaskan posisinya sebagai bagian dari sosial cultural yang sebelumnya telah tertata dengan baik. Banyak cara yg dilakukan oleh para remaja saat ini sebagai cara aktualisasi diri, baik dengan cara-cara yg positif, maupun dengan cara yang kurang positif.
Sebagai renuangan awal tentang pembahasan dunia yang penuh dengan warna-warna kehidupan ini, coba, you guys perhatikan ungkapan di atas. Berangkat dari hal tersebut, marilah kita berkaca pada diri sendiri, sudahkah kita berguna bagi manusia lain di muka bumi ini? Sekecil apapun itu. Bukankah selama ini kita lebih sering mempertanyakan : keuntungan apa yg kita dapatkan jika kita melakukan sesuatu, dibandingkan bertanya secara jujur, manfaat apa yg telah kita berikan untuk orang lain?
Masa remaja adalah masa yg paling indah bagi sebagian dari kita. Tapi, tidak sedikit pula diantara para remaja yang melewati fase tersebut dengan penuh penderitaan, tekanan, bahkan ancaman kematian (sumpee loe?) Mari kita coba menerawang lebih jauh ke belahan dunia lain, yang jika kita bandingkan dengan kondisi kita saat ini, sangat jauh berbeda. Palestina misalnya. Pernah nggak ngebayangin gimana caranya mereka menghabiskan masa remaja dalam kondisi seperti itu? Situasi yang selalu menjadi peta konflik yang tidak pernah selesai.
Kalau kita mau cari perbandingan betapa besar kecintaan mereka terhadap pengorbanan yang sebenar-benarnya, lihat mereka! Kalo kita mau tahu sebesar apa manfaat yang sudah mereka berikan buat tanah airnya, lihat mereka! Kalo kita mau tahu betapa mereka nggak pernah mempertanyakan keuntungan apa yang mereka dapetin dari apa yang mereka lakukan, lihat mereka! Merekalah para remaja pemberani itu. Menghabiskan masa mudanya di garis depan perjuangan, melawan tirani baja hanya dengan batu kerikil, melawan moncong-moncong mortir hanya dengan semangat, melawan suplemen serdadu panjajah hanya dengan Gema Takbir. Hingga mereka menyambut maut dengan senyuman syurga. Lantas, apa yang sedang kita lakukan sebagai remaja, saat semua hal tersebut terjadi disana?
Mungkin, kita sedang santai di depan komputer, chatting, jalan-jalan ke mall, nonton tv, SMSan dan sebagainya. Lalu, masihkah kita bertanya apa yang telah kita dapatkan dari orang lain tanpa pernah bertanya manfaat apa yang telah kita berikan bagi orang lain?
So, sepertinya sudah sepantasnya kita merasa malu pada diri sendiri dan dunia. Karena ternyata, selama ini kita belum bermanfaat bagi orang lain,. Kalah dunk sama eceng gondok yang bisa diolah jadi pakan itik? Padahal, Sayyidinna Ali bin Abu Thalib kwh, pernah bilang gini “setiap tarikan nafasmu adalah langkah menuju mati.” Nah, masih juga kita menyia-nyiakan umur kita tanpa memberi manfaat untuk orang lain, padahal, kita tengah menuju kematian?? Wallahua’lam (DA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar